MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Sikapmu Menentukan Kesuksesanmu

Teruslah belajar, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi agar bisa memiliki sikap yang lebih baik.

Jalan-jalan di kota Teknologi Shenzen, China

Perjalanan ke kota Teknologi Shenzen, China, 1 Mei 2019 dalam rangka Shenzen International Pet Fair.

Launching buku Menggali Berlian di Surabaya

Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri karya Bambang Suharno diluncurkan di acara Grand City Convex Surabaya, di tengah acara pameran internasional Indolivestock Expo.

Meraih sukses

Jika sukses harus diraih dengan kerja keras banting tulang siang malam, itu namanya sukses dengan mesin manual. Anda perlu belajar meraih sukses dengan mekanisme sukses otomatis (Suksesmatic.com).

Pengalaman Naik Kereta TGV di Perancis

Perjalanan ke Rennes Perancis dalam rangka menghadiri pameran internasional, naik kereta TGV dari Paris ke Rennes.

Tampilkan postingan dengan label entrepreneur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label entrepreneur. Tampilkan semua postingan

JIKA JADI ENTREPRENEUR MASIH RAGU, JADILAH INTRAPRENEUR

Untuk menjadi negara yang maju dan punya daya saing kuat, sebuah negara harus memiliki mininal 2% penduduknya menjadi entrepreneur. Saat ini jumlah entrepreneur di Indonesia baru 0,8%. Demikianlah pandangan tokoh entrepreneur Ciputra yang sering dikutip oleh para pakar dan pelaku bisnis.

Namun beberapa kawan melihat gelagat yang berbeda. Saat ini hampir semua orang menjadi "entrepreneur" dengan berbagai skala usahanya. Mau usaha jualan pulsa, eh ketemu orang nawarin pulsa juga. Mau buka warung sembako, begitu lihat kanan kiri, hampir setiap belokan ada warung sembako. Mau bisnis kuliner, di sepanjang jalan banyak usaha kuliner, dan sebagian tidak dapat bertahan karena persaingan begitu ketat. Mau jualan baju di kantor, sudah banyak sekali yang melakukan. Mau menawarkan peluang bisnispun, yang ditawarin sudah menyiapkan peluang bisnis yang mirip bahkan persis sama. Mau bisnis ini itu, kelihatannya sudah dilakukan begitu banyak orang. Dalam pandangan ini, jumlah entrepreneur bukan 0,8% tapi 80%.

Nyali makin ciut pula melihat dan mendengar si A habis duit sekian puluh juta gara-gara nekat bukan warung. Si B "sukses" ditipu mitra kerjanya yang baru dikenal sekian bulan. Si C bisnisnya lancar tapi mendadak uangnya dibawa kabur karyawan.

Meskipun di media cetak dan elektronik banyak info profil orang sukses, tak mampu membujuk pikiran yang sudah termakan informasi yang dilihat sehari-hari berupa berjubelnya pelaku usaha, khususnya usaha skala mikro.

Ada pula orang yang ragu memulai usaha sampingan karena, takut bisnisnya tidak bisa jalan, takut uangnya habis, meskipun ia tahu memang seperti itulah resiko yang harus ditanggung.

Ada Cara Yang lebih Smart; Intrapreneur

Jika anda termasuk yang seperti disebutkan di atas, ada jalan yang bisa anda lakukan, yaitu menjadi intrapreneur. Hasil dari intrapreneur tak kalah keren dengan entrepeneur.

Sejatinya, intrapreneur kalau dilihat dari sisi mental, sama dengan entrepreneur. Bedanya, entrepreneur memulai usaha sendiri dan menjadi milik sendiri, sedangkan intrapreneur adalah seorang inovator di dalam perusahaan.

Seorang karyawan yang melihat peluang bisnis yang bisa dikembangan oleh perusahaan dimana dia bekerja, dapat membuat sebuah divisi baru yang mendatangkan sumber penghasilan baru bagi perusahaan dan bisa menjadi sumber kenaikan penghasilan bagi karyawan tersebut.

Bukan hanya itu, seorang sarjana baru, tidak usah melamar kerja, bikin saja proposal kegiatan di yayasan, organisasi massa, atau perusahaan dimana kegiatan itu mendatangkan profit bagi lembaga. Saya yakin banyak yang akan menerima gagasan anda. Syaratnya, anda mau merintis dengan gaji yang mungkin tidak besar. Nah, peluang yang anda peroleh adalah anda bisa memiliki "saham" di kegiatan baru tersebut. Hak ini bisa dinegosiasikan. Hebatya lagi, anda tidak menanggung resiko finansial jika bisnis yang anda rintis kurang berhasil. Paling ya, diketawain saja hehe.

Banyak orang sukses yang dimulai dengan menjadi intrapreneur. Biasanya diawali dengan melakukan presentasi gagasan. Awalnya gagasan ditertawakan atasan atau rekan sekerja, tapi kegigihan akan dapat meluluhkan orang yang mengejek. Ketika dicoba dan berhasil, barulah orang melihat siapa anda.

Anda mau contoh orang-orang yang hebat yang dimulai dari intrapreneur? Tak usah saya sebutkan, cari di google juga banyak.

SELAMAT JALAN SUDONO SALIM ENTREPRENEUR TERKAYA DI NEGERI INI

Miliarder Liem Sioe Liong atau yang dikenal dengan Sudono Salim meninggal, Minggu, 10 Juni 2012 di Singapura. Ayah dari Anthoni Salim, direktur utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk ini meninggalkan sejumlah warisan bisnisnya yang menggurita.

Ia dekat dengan Soeharto di awal kemerdekaan. Karier bisnisnya melesat di bawah kekuasaan Soeharto. Namun, jatuh pada kerusuhan 1998, sehingga ia lari ke Singapura.

Pada 1969, Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim Risjad yang dikenal The Gang of Four ini mendirikan CV Waringin Kentjana. Liem sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai chief executive officer (CEO). Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang, dan kopra, serta mengimpor gula dan beras.

The Gang of Four ini lalu mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta, dengan kantor seluas 100 meter persegi. Pada 1975, kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Prakarsa.

Pria yang juga disapa Om Liem ini juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil Sukses Internasional. Bahkan, bisnisnya merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan PT Bank Central Asia bersama Mochtar Riyadi.

Ketika krisis moneter dan Soeharto lengser, usahanya ikut terpuruk. Pada saat krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim jatuh. Saat itu, Om Liem harus menyerahkan sekitar 108 perusahaan kepada pemerintah guna membayar utang Rp52,7 triliun. Rumahnya di Jalan Gunung Sahari, Jakarta dijarah massa. Sejak saat itu, ia lalu tinggal di Singapura hingga akhir hayatnya.

Forbes pernah menempatkan Liem Sioe Liong menjadi orang terkaya di Asia Tenggara peringkat ke-23 pada 2005. Liem pada saat itu diperkirakan memiliki harta US$750 juta.
Sumber kekayaannya berasal dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah bertransformasi menjadi perusahaan Total Food Solution dengan kegiatan operasional mencapai seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku menjadi produk akhir yang tersedia di pasar.

Di Indofood terdiri atas empat grup usaha. Pertama, produk konsumen bermerek atau consumer branded products (CBP), yang kegiatan usahanya dilaksanakan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 7 Oktober 2010. Produk ini terdiri atas Divisi Mi Instan, Divisi Dairy, Divisi Penyedap Makanan, Divisi Makanan Ringan, Divisi Nutrisi dan Makanan Khusus.

Kedua, Grup Bogasari, yang memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta.

Ketiga, Grup Agribisnis yang terdiri atas Divisi Perkebunan, Divisi Minyak dan Lemak Nabati. Di bidang agribisnis, kegiatan operasional dijalankan oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk yang sahamnya tercatat di BEI dan merupakan anak perusahaan Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura.
Kegiatan usaha utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan, dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi serta pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek.

Keempat, Grup Distribusi, yang memiliki jaringan distribusi paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak perusahaannya, serta berbagai produk pihak ketiga.

Selamat Jalan Sudono Salim.
(Sumber: VIVAnews, tokohindonesia.com, Indofood l art)

MENGELOLA GAJI MENJADI BISNIS



Berapakah pendapatan anda saat ini? Berapapun yang anda peroleh, semuanya bisa berpotensi dilipat gandakan. Anda yang merasa berpenghasilan pas-pasan kemungkinan mengatakan, "mana mungkin saya bisa melipatgandakan penghasilan melalui bisnis, sedangkan setiap bulan saya harus pinjam sana sini untuk menutupi kekurangan biaya hidup?"

Wahai para pembaca yang budiman, bila anda masih bermental karyawan, berapapun uang yang anda peroleh, hutang anda akan bertambah banyak. Bila anda punya gaji satu juta rupiah, anda pasti kekurangan haji. Anda akan membayangkan bahwa gaji Rp 2 juta akan lebih baik. Ternyata, ketika gaji anda 2 juta, keinginan anda malah melebihi 2 juta. Anda harus membeli sepeda motor dengan cara kredit. Gaji anda naik lagi menjadi 3 juta, anda mulai ambil kredit rumah. Gaji naik 4 juta dan seterusnya, anda mulai membayar cicilan mobil tiap bulan. Semakin tinggi gaji anda, hutang pun semakin banyak. Itulah mental pegawai.
Sebuah survey menunjukan bahwa eksekutif yang gajinya 15-20 juta, terancam jatuh miskin karena pengeluaran konsumtifnya sangat tinggi. Bahkan 60% dari pendapatannya tersebut digunakan untuk membayar cicilan hutang. Hutang konsumtif pula. Mental pegawai identik dengan mental konsumtif.

Berapapun pendapatannya, akan digunakan untuk meningkatkan gaya hidup dimana semuanya memakan tambahan biaya berikutnya. Yang dibeli pegawai selalu meminta biaya. Semakin mahal mobil yang anda beli, semakin tinggi pula biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan. Beli rumah? Sama saja, makin mewah rumah yang anda beli, biaya pemeliharaannya juga semakin mahal. Lantas bagaimana sebaiknya mengelola penghasilan yang kita sebut gaji ?

Sebagaimana yang saya sampaikan di buku saya "Langkah Jitu Memulai Bisnis dari Nol", orang bermental entrepreneur berbeda dengan orang yang bermental pegawai dalam hal cara mengeluarkan uang. Orang bermental pegawai selalu mengeluarkan uang untuk kepentingan konsumtif, sedangkan orang bermental entrepreneur selalu berusaha agar uang yang keluar bisa kembali lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian orang bermental entrepreneur uangnya selalu diupayakan untuk produktif, karena pengeluaran konsumtif sebenarnya hanya meliputi sandang (pakaian), pangan dan papan (tempat tinggal).
Orang bermental pegawai selalu bekerja keras untuk mencari uang dan menghabiskannya untuk belanja barang konsumtif. Sedangkan orang bermental entrepreneur selalu berusaha sebagian uangnya bisa menjadi uang lagi. Orang bermental pegawai semua hutangnya dibayar dengan gaji, karena hutangnya berupa hutang konsumtif, sedangkan orang bermental entrepreneur boleh punya hutang, tapi hutangnya berupa hutang produktif, yakni hutang yang dibayar dari hasil bisnis.

Misalnya, hutang ke bank untuk membeli ruko, selanjutnya ruko digunakan untuk bisnis yang dapat menghasilkan sehingga dapat membayar cicilan hutang ke bank.Bagaimana caranya agar anda yang terbiasa hidup dengan pengeluaran yang konsumtif menjadi produktif?

Ikuti langkah berikut ini: 1. Disiplin untuk menyisihkan penghasilan anda, minimal 10%. Lakukanlah sekarang. Sisihkan setiap anda menerima gaji dengan memasukkan pada tabungan. Kebanyakan orang mau berniat menabung apabila ada sisa uang. Kenyataannya hampir tidak mungkin ada sisa uang yang bisa ditabung. Cara berpikirnya harus dibalik, sisihkan dulu uang untuk ditabung, barulah sisanya digunakan untuk kebutuhan harian.

2. Carilah peluang usaha yang memungkinkan anda tidak perlu mengelolanya setiap hari. Anda bilang sulit? Ya, sulit itu artinya pasti ada solusinya. Maka, carilah ilmu kepada orang yang berpengalaman mengelola bisnis tanpa harus mengelolanya setiap hari. Bacalah media tentang wirausaha, baca iklan peluang bisnis, ikuti seminar wirausaha. Kelak anda akan bertemu dengan banyak orang punya bisnis yang bisa membantu kesulitan anda.

3. Bergaullah dengan orang-orang yang telah memiliki mental entrepreneur. Dengan bergaul dengan orang bermental entrepreneur, anda akan mudah untuk mengembangkan mental entrepreneur, yakni mental untuk membuat orang menjadi produktif.

4. Sedekahlah. Sumbangan merupakan wujud atau bukti bahwa anda memiliki rasa syukur atas rejeki yang anda peroleh. Sedekah juga membuat anda merasa punya kelebihan dibanding orang lain, dan kelak akan membuat anda lebih mudah dan bersemangat menggali penghasilan baru. Percaya atau tidak, lakukanlah, kelak anda akan merasakan banyak manfaatnya.

Banyak orang yang mendambakan pendapatan pasif dengan cara deposito di bank. Ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlanjur "kaya"sejak kecil. Bagi anda yang memulai karir dengan kondisi pas-pasan dan tidak mendapat warisan yang pantas didepositokan, tak perlu memikirkan cara menabung untuk mendapatkan passive income deposito.Karena berdasarkan perhitungan bunga bank normal, katakanlah 8% per tahun, maka untuk mendapatkan bunga deposito sebesar gaji anda sekarang, anda butuh waktu untuk menabung selama 25 tahun lebih dengan menyisihkan 20% penghasilan anda setiap bulan.
Apakah anda sanggup menyisihkan 20% gaji anda setiap bulan selama 25 tahun tanpa pernah diambil serupiahpun? Kemungkinannya sangat kecil bukan? Maka sebagaimana disebut di muka, anda harus disiplin menyisihkan uang penghasilan anda, yang kelak dapat digunakan untuk membuka bisnis. Itulah jalan terbaik untuk melipatgandakan penghasilan anda saat ini***


Kemanakah Uang Mengalir?


Ya, kemanakah uang mengalir? Tepatnya, kemanakah uang “halal” mengalir? Pertanyaan ini barangkali sering anda lupakan. Kita yang bergulat dengan kewirausahaan terus menerus belajar, membaca buku, mendengarkan radio, ikut training, seminar, pameran dimana sebagian besar tujuannya untuk menambah penghasilan. Penghasilan adalah aliran rejeki, dan sebagian rejeki berupa uang.

Maka, sebelum belajar lebih jauh mengenai kiat sukses mendapatkan kekayaan, mendapatkan passive income atau apapun namanya, kita perlu terlebih dahulu memahami dari mana dan kemana uang mengalir. Dengan pemahaman ini kita akan lebih mudah mengelola kiat meningkatkan penghasilan. Berikut pendapat saya mengenai aliran uang.

Pertama, uang halal mengalir kepada mereka yang selalu berusaha mengalirkan uang ke orang yang membutuhkan. Pernahkah anda menemukan pengusaha bangkrut karena bersedekah? Saya percaya tidak ada. Mental entrepreneur hakekatnya adalah mental “tangan di atas” alias mental memberi. Dalam keseharian mental ini terlihat dari cara-cara mengelola uang. Mereka yang bermental “tangan di bawah” sering bangga apabila mendapat sesuatu secara gratis. Mereka bangga jika ditraktir makan, bangga dikasih kaos gratis, bangga diberi hadiah, bantuan atau apapun yang gratis. Sebaliknya mental entrepreneur akan merasa bangga bila sudah mentraktir makan, memberi sumbangan, memberi hadiah.

Orang-orang yang selalu berusaha memberi akan mencari cara supaya dapat terus memberi. Alhasil secara logis, anda yang suka memberi akan selalu berusaha memiliki, dan dampaknya tentu saja akan dialiri rejeki yang tak terbatas. Maka, sedekahlah. Jangan tunggu kaya baru sedekah. Justru karena masih susah mendapatkan uang, mulailah menyisihkan uang untuk diberikan ke orang lain. Niscaya kelak akan banyak uang mengalir ke kantong anda. Teruslah perbanyak sedekah, rejeki akan terus mengalir. Begitu kita bersedekah, mental kita berubah menjadi ”tangan di atas”, dan pada saat yang sama kita menjadi bermental kaya.

Kedua, uang mengalir kepada para pencipta atau kreator. Anda yang pandai menciptakan sesuatu, akan lebih mudah mendapatkan uang. Menciptakan yang dimaksud bukan selalu yang tampak canggih seperti mesin mobil hemat energi, mobil berbahan bakar air atau lainnya, tapi juga menciptakan sistem dalam bisnis, menciptakan standar tertentu, program komputer tertentu, menulis buku dan sebagainya. Pencipta akan selalu dikenang sebagai pemenang. Dalam bisnis, kita boleh meniru pada awalnya, sedangkan untuk berkembang perlu melakukan inovasi.

Ketiga, uang mengalir kepada yang menciptakan nilai tambah. Jika anda punya warung makan bersebelahan dengan warung makan lain yang lebih laris, anda wajib melihat nilai tambah yang dia miliki. Begitu anda memiliki nilai tambah dibanding warung lain, anda akan tenang karena rejeki akan mengalir ke kantong anda.

Keempat, uang mengalir kepada yang pintar meningkatkan produktivitas uang. Saya menyebutnya mental entrepreneur, yakni mental mengeluarkan uang untuk menjadi uang yang lebih banyak. Robert T Kiyosaki memperkenalkan istilah ”uang bekerja untuk kita” bukan kita bekerja untuk uang. Pesan saya, jika rekening anda ada tambahan uang, mulailah berpikir kemana uang tersebut akan dialirkan. Sebagian untuk sedekah, sebagian untuk pengembangan usaha, sebagian untuk investasi, sebagian lagi untuk keperluan konsumtif. Sebagian dari kita, jika mendapatkan uang langsung berpikir yang konsumtif seperti membeli mobil baru, motor baru dan hal-hal lain yang justru menimbulkan pengeluaran baru.

Beberapa waktu lalu saya pergi ke daerah pemukiman transmigrasi di Lampung. Mereka mulai menghuni di sana sejak tahun 1983, dimana pemerintah menyediakan 2 Ha lahan dan biaya hidup untuk 1,5 tahun. Apa yang terjadi 20 tahun kemudian? Ternyata kepemilikan lahan sudah berubah total. Ada yang sudah memiliki 10 Ha, ada juga yang lahannya dijual dan dia sebagai petani penggarap. Hal ini terjadi karena sebagian ada yang produktif mengelola uang, sebagian lagi lebih memilih menjual tanah untuk memperbaiki rumah atau beli kendaraan, dimana dalam beberapa tahun kemudian mereka mengalami kesulitan pendapatan.

Perhatikanlah, uang tidak berhenti bergerak. Ia terus mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Entrepreneur bukanlah yang menumpuk uang, melainkan mengalirkan uang. Jika anda punya restoran, anda bekerja dengan cara membeli bahan baku, mengolah menjadi masakan, lantas masakan dijual, beli bahan baku lagi, dan begitu seterusnya, dimana jika aliran lancar maka aliran uang akan semakin besar.

Maka pahamilah kemana uang mengalir.

Salam sukses.
Note: telah dimuat di majalah Pebisnis