MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Memenuhi Panggilan Jenderal Soedirman (Dari Bedah Buku Prof Rubiyanto Misman)

Suatu hari di sebuah forum para rektor, Rektor ITB Kusmayanto Kadiman PhD memaparkan konsep yang sangat keren dan serius. Namanya academic excellence. Selesai menyampaikan paparannya yang berbobot itu, Rektor Unsoed Prof Rubiyanto Misman bertanya,"Pak Kus, apakah yang dimaksud konsep itu akan menghasilkan orang semacam menteri ESDM Pak Purnomo, Dirjen seperti Pak Satriyo dan sejumlah pejabat lainnya?"

Rubiyanto (berdiri), Haiban Hadjid, Usman Chatib, Teddy
Ia melanjutkan," ada hal menarik yang saya alami belum lama ini. Saya ke pasar Melawai  membeli mainan anak-anak, ada mainan pesawat pake remote control, mobil-mobilan formula 1 dan beberapa mainan lainnya. Ketika saya buka, semua mainan tersebut nggak ada teknologi ITB, semuanya dari China. ".

Semua hadirin jadi tertawa mendengar cerita Rubi. Ia melanjutkan ," ITB itu jagonya teknologi Indonesia, tapi hal sederhana seperti mainan saja kenapa harus dari China?"
Pertanyaan nakal ini agaknya hanya bisa disampaikan oleh seorang yang suka menyentil, sekaligus kritis tapi penuh canda, yakni Rubiyanto Misman, rektor Unsoed saat itu.

Kusmayanto tidak tersinggung. Ia menjawabnya dengan enteng. "Pak Rubi, tahu nggak ITB itu singkatan dari apa? ITB itu Institut Teori Bandung," kata rektor ITB membalas pertanyaan nakal tadi.

Rektor Unair Prof Puruhito ikut nyelethuk "ooo ternyata orang Banyumas ini ueedan. Saya kira yang bonek itu hanya orang Surabaya, ternyata orang Banyumas juga,"

Merasa kampus "besar" mendapat kritikan, buru-buru Rektor IPB Prof Achmad Ansori Matjik menyampaikan pandangannya.
"Sebelum Pak Rubi mengritik, saya lebih baik sampaikan dulu, bahwa IPB itu sebenarnya singkatan Institut Pleksibel Banget. Alumninya jadi menteri bisa, jadi Dirjen bisa, jadi direktur BUMN bisa. Semua bisa, kecuali satu yang belum bisa, mengurus pertanian," ujar rektor IPB , menambah riuh suasana forum rektor.

Itulah salah satu kisah yang disampaikan Rubiyanto Misman , rektor Unsoed yang fenomenal, pada acara bedah buku biografinya yang berjudul Memenuhi Panggilan Almamater, Minggu 18 November 2017 di gedung Arsip Nasonal, Jakarta Selatan.

Acara dihadiri oleh beberapa sahabat dan kolega yang sebagian adalah para tokoh nasional. Beberapa diantaranya adalah Prof. Wardiman Djojonegoro (mantan Mendikbud), Subjakto Tjakrawedaya (mantan Menteri Koperasi), Prof. Usman Khatib Warsa (mantan Rektor UI), Prof. Dr. Edie Toet Hendratno (mantan Rektor Universitas Pancasila)

Bedah buku sepanjang yang saya tahu, bukanlah acara yang menarik bagi publik. Meski acara ini gratis, seringkali yang diundang merasa bahwa ini acara yang perlu mikir, bukan acara santai. Namun acara bedah buku prof Rubi ini sama sekali jauh dari kesan formal. Suasanya santai, penuh humor, dan banyak sekali kisah menarik tentang kreativitas kepemimpinan serta kehebatan seorang Rubiyanto yang justru disampaikan oleh para sahabatnya maupun para muridnya yang hadir di acara ini.

Foto bersama peserta bedah buku (saya baris paling depan, paling kiri). 
Para sahabat itu pun mengakui kehebatan Rubi, yang telah membuat Unsoed meroket, mengejar ketertinggalan dari kampus lain. "Di era kepemimpinan Rubi inilah Unsoed mengalami lompatan yang hebat. Mahasiswa dari 11 ribu menjadi 23 ribu. fakultas bertambah dari 6 fakultas (dengan 27 program studi) menjadi 12 fakultas (dengan 54 program studi). Bahkan Fakultas Kedokteran yang didirikan sebelum izin keluar, kini terakreditasi A dimana di Indnesia hanya ada kurang dari 5 FK yang akreditas A.  Saya bisa bayangkan, seandainya Pak Rubi berada di Jakarta, mungkin saya nggak punya kesempatan menjadi rektor, karena yang dipilih jadi rektor UI pasti beliau," ujar Usman Khatib Warsa, disambut tawa dan tepuk tangan hadirin,

Prof Wardiman yang menjadi Mendikbud di kala Rubi Rektor Unsoed tampak sangat mengenal baik Prof Rubi. "Kami menyebut pak Rubi sebagai rektor gemblung (Gila-istilah banyumas). Sering bertindak di luar pakem. Kadang menyerempet resiko melanggar  sistem birokrasi, tapi akhirnya menemukan polanya untuk sukses. Waktu mendirikan Fakultas Kedokteran, banyak yang protes, karena belum ada izin, beliau sudah berani merintis proses pendiriannya. Dirjen saya Prof bambang bilang ke saya, memang pak Rubi itu rektor gemblung tapi tidak ada niat untuk melanggar. Itu untuk kemajuan kampus. Maka kami memberi kesempatan untuk terus dilanjutkan, dan ternyata Fakultas Kedokteran benar-benar dikembangkan serius dan sukses," urai Wardiman.

Subijakto Tjakrawedaya yang berkawan sejak kecil di kampung halamannya, Cilacap, ikut menyampaikan testimoninya. "Saya berkawan sejak SD. Waktu SMP beda sekolah, kemudian bareng lagi di SMA Negeri Cilacap. Habis itu saya ke Jakarta, pak Rubi masuk Unsoed. Masuk Unsoed juga atas saran saya.  Dan ia memilih fakultas Biologi atas saran saya, karena pak Rubi itu suka dengan dunia hewan dan tumbuhan," kata mantan Menteri Koperasi itu.

Ketika mau diangkat jadi rektor, waktu itu sedang berkembang ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), sedangkan Prof Rubi menjadi sekjen Perhimpunan Cendekiawan Pancasila. Karena pak Wardiman waktu itu sekjen ICMI, saya segera telepon Pak wardiman. "Pak jangan khawatir, Pak Rubi itu nasionalis sejati. Saya percaya ia akan menjadi rektor yang hebat," ujar Subjakto.

"Alhamdulillah ternyata benar, di tangan pak Rubi, Unsoed berkembang sangat pesat," tambahnya disambut tepuk tangan hadirin.

Haiban Hadjid, Ketua Keluarga Alumni Unsoed yang menjadi moderator bedah buku, serta Teddy Dirhamsyah (alumni yang ikut memberikan testimoni) sepakat  mengatakan, Prof Rubi telah memberi teladan kepada alumni karena ia mewarisi semangat Jenderal Soedirman. Ia memilih memenuhi panggilan almamater untuk memajukan Unsoed, meskipun banyak tawaran yang menggiurkan di pusat (Jakarta).

"Perlu dipikirkan bagaimana caranya supaya buku ini dibaca banyak mahasiswa Unsoed, karena dengan membaca buku ini bukan hanya menjadi lebih mengenal sosok Pak Rubi, namun juga mengenal sejarah Unsoed," ujar salah satu peserta.

Buku Memenuhi Panggilan Almamater berisi 325 halaman, disusun oleh Sutriyono, alumni Fakultas Peternakan angkatan 1990. Ia menyusun buku ini selama 2 tahun dengan melakukan wawancara dengan berbagai kalangan dan melakukan studi pustaka. Puluhan testimoni dari tokoh nasional, para rektor, alumni, pejabat dan berbagai kalangan, menggambarkan reputasi Rubiyanto. Para menteri di era 1990an menyampaikan testimoni di buku ini antara lain Wardiman Djojonegoro, Subijakto Tjakrawerdaya dan Siswono Yudo Husodo.

Rubiyanto Misman lahir di Banjarmasin 23 Mei 1944 Masa kecil hingga SMA ia habiskan di Cilacap karena orang tuanya mendapat tugas di Cilacap. Rubi menjadi sangat istimewa di mata alumni karena ia adalah mahasiswa angkatan pertama Unsoed, alumni pertama Unsoed, alumni Unsoed yang pertama menjadi Dekan Fakultas Biologi (2 periode). alumni Unsoed pertama yang jadi guru besar, alumni Unsoed yang pertama menjadi rektor (2 periode), Pendiri dan ketua pertama Keluarga Alumni Unsoed, akademisi Unsoed pertama pemenang riset unggulan terpadu (RUT) berturut-turut tahun 1995-1997. Segudang prestasinya tidak membuat ia tergiur ke Jakarta atau ke luar negeri, melainkan justru terpanggil untuk memajukan almamaternya. Ia lebih memilih memenuhi panggilan Jenderal Soedirman. (Bambang Suharno)***.

Tanggapan Prof Rubiyanto Misman:

Hari ini Minggu, 19 November 2017, saya mendapat respon positif dari Prof Rubiyanto Misman atas artikel saya. Prof Rubi menambahkan informasi sebagai berikut:

Ketika saya menjabat periode pertama 1997-2001 mahasiwa masih 11.000 an dan 27 Program studi , dengan 6 Fakultas.  Saya selesai periode II 2001-2005 Program studi jadi 54 dan jumlah mahasiwa 23.000an. Dan program-program baru tersebut yang serumpun dimasukkan ke fakultas-fakultas baru,  jadi sekarang ada 12 fakultas ( diresmikan oleh rektor penerus saya). 

Ada satu yang menarik. Dulu saya mendaftar UGM tidak diterima, tapi pada saat jadi rektor saya diminta rektor UGM Prof Dr Ir Sujarwadi MSc untuk memberi ceramah "Quantum Leadership" ( ilmu pemimpin gemblung) di hadapan 176 dosen-dosen muda doktor-doktor dan master UGM hasil dari Project QUE UGM. 

Saya setengah nggak percaya. "Lho apa gak salah nih Prof ?" ujar saya.  Jawab Prof Sujarwadi , "Sudah ajarkan aja itu gaya kepemimpinan pak Ruby biar temen-teman UGM tahu,".

Tampaknya gaya kepemimpinan "gemblung" ini menarik perhatian beliau

Juga ketika saya pulang riset dari program internship 6 bulan di School of Biological Science Ohio State University, Columbus USA,  saya dijuluki"Idiot Scientist" karena temuan riset yang out of the box. Ini disampaikan oleh Advisor saya Prof Dr Roland Seymour ahli Mikologi ( ilmu Jamur) kepada kolega-koleganya di University of Florida dan University South Dakota kalo dia punya scholar scientist dari Indonesia yang punya temuan aneh dalam penanggulangan larva nyamuk pembawa Virus Denghue demam berdarah. 

Sepulang dari Ohio saya diminta  oleh Prof Dr Sulaksono Direktur PAU Ilmu Hayati ITB, yang mengirim saya ke Ohio untuk kuliah menularkan hasil riset tersebut di Program Pasca Sarjana Biologi  ITB. He..he...geli juga saya nggak pernah kebayang dosen Universitas Kancil kasih kuliah umum di Universitas Gajah-Gajah...... Gajahmada dan Gajah ITB hehe.

8 komentar:

  1. Mantan mas.
    Nyimak habis

    Semoga jejaknya dapat ditauladani oleh alumni UNSOED lainnya.

    BalasHapus
  2. Ternyata pak Rubi hebat ya.
    Saat saya kuliah di Unsoed rektornya prof.roediro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Beliau sangat kreatif, cerdas, dan penuh energi. Di usia 73 tahun beliau masih terus berkarya.
      Prof Wardiman juga bilang, Pak Rubi harus terus berkarya, karena energinya besar, nggak bisa diam. Terbukti sekarang sedang mendirikan kampus politeknik olah raga di Purwokerto.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mantap Mas Bambang. Terima kasih catatannya.
    Salam dari Purwokerto.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat juga buat mas sutriyono yang telah sukses menerbitkan buku biografi.
      Saya tahu menulis buku bukan pekerjaan mudah. Perlu ketekunan yang luar biasa.

      Hapus
    2. Terima kasih Mas Bambang. Mohon doa dan dukungan untuk bisa terus menulis.

      Hapus