MUTIARA KEHIDUPAN

header ads

Kemanakah Uang Mengalir?


Ya, kemanakah uang mengalir? Tepatnya, kemanakah uang “halal” mengalir? Pertanyaan ini barangkali sering anda lupakan. Kita yang bergulat dengan kewirausahaan terus menerus belajar, membaca buku, mendengarkan radio, ikut training, seminar, pameran dimana sebagian besar tujuannya untuk menambah penghasilan. Penghasilan adalah aliran rejeki, dan sebagian rejeki berupa uang.

Maka, sebelum belajar lebih jauh mengenai kiat sukses mendapatkan kekayaan, mendapatkan passive income atau apapun namanya, kita perlu terlebih dahulu memahami dari mana dan kemana uang mengalir. Dengan pemahaman ini kita akan lebih mudah mengelola kiat meningkatkan penghasilan. Berikut pendapat saya mengenai aliran uang.

Pertama, uang halal mengalir kepada mereka yang selalu berusaha mengalirkan uang ke orang yang membutuhkan. Pernahkah anda menemukan pengusaha bangkrut karena bersedekah? Saya percaya tidak ada. Mental entrepreneur hakekatnya adalah mental “tangan di atas” alias mental memberi. Dalam keseharian mental ini terlihat dari cara-cara mengelola uang. Mereka yang bermental “tangan di bawah” sering bangga apabila mendapat sesuatu secara gratis. Mereka bangga jika ditraktir makan, bangga dikasih kaos gratis, bangga diberi hadiah, bantuan atau apapun yang gratis. Sebaliknya mental entrepreneur akan merasa bangga bila sudah mentraktir makan, memberi sumbangan, memberi hadiah.

Orang-orang yang selalu berusaha memberi akan mencari cara supaya dapat terus memberi. Alhasil secara logis, anda yang suka memberi akan selalu berusaha memiliki, dan dampaknya tentu saja akan dialiri rejeki yang tak terbatas. Maka, sedekahlah. Jangan tunggu kaya baru sedekah. Justru karena masih susah mendapatkan uang, mulailah menyisihkan uang untuk diberikan ke orang lain. Niscaya kelak akan banyak uang mengalir ke kantong anda. Teruslah perbanyak sedekah, rejeki akan terus mengalir. Begitu kita bersedekah, mental kita berubah menjadi ”tangan di atas”, dan pada saat yang sama kita menjadi bermental kaya.

Kedua, uang mengalir kepada para pencipta atau kreator. Anda yang pandai menciptakan sesuatu, akan lebih mudah mendapatkan uang. Menciptakan yang dimaksud bukan selalu yang tampak canggih seperti mesin mobil hemat energi, mobil berbahan bakar air atau lainnya, tapi juga menciptakan sistem dalam bisnis, menciptakan standar tertentu, program komputer tertentu, menulis buku dan sebagainya. Pencipta akan selalu dikenang sebagai pemenang. Dalam bisnis, kita boleh meniru pada awalnya, sedangkan untuk berkembang perlu melakukan inovasi.

Ketiga, uang mengalir kepada yang menciptakan nilai tambah. Jika anda punya warung makan bersebelahan dengan warung makan lain yang lebih laris, anda wajib melihat nilai tambah yang dia miliki. Begitu anda memiliki nilai tambah dibanding warung lain, anda akan tenang karena rejeki akan mengalir ke kantong anda.

Keempat, uang mengalir kepada yang pintar meningkatkan produktivitas uang. Saya menyebutnya mental entrepreneur, yakni mental mengeluarkan uang untuk menjadi uang yang lebih banyak. Robert T Kiyosaki memperkenalkan istilah ”uang bekerja untuk kita” bukan kita bekerja untuk uang. Pesan saya, jika rekening anda ada tambahan uang, mulailah berpikir kemana uang tersebut akan dialirkan. Sebagian untuk sedekah, sebagian untuk pengembangan usaha, sebagian untuk investasi, sebagian lagi untuk keperluan konsumtif. Sebagian dari kita, jika mendapatkan uang langsung berpikir yang konsumtif seperti membeli mobil baru, motor baru dan hal-hal lain yang justru menimbulkan pengeluaran baru.

Beberapa waktu lalu saya pergi ke daerah pemukiman transmigrasi di Lampung. Mereka mulai menghuni di sana sejak tahun 1983, dimana pemerintah menyediakan 2 Ha lahan dan biaya hidup untuk 1,5 tahun. Apa yang terjadi 20 tahun kemudian? Ternyata kepemilikan lahan sudah berubah total. Ada yang sudah memiliki 10 Ha, ada juga yang lahannya dijual dan dia sebagai petani penggarap. Hal ini terjadi karena sebagian ada yang produktif mengelola uang, sebagian lagi lebih memilih menjual tanah untuk memperbaiki rumah atau beli kendaraan, dimana dalam beberapa tahun kemudian mereka mengalami kesulitan pendapatan.

Perhatikanlah, uang tidak berhenti bergerak. Ia terus mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Entrepreneur bukanlah yang menumpuk uang, melainkan mengalirkan uang. Jika anda punya restoran, anda bekerja dengan cara membeli bahan baku, mengolah menjadi masakan, lantas masakan dijual, beli bahan baku lagi, dan begitu seterusnya, dimana jika aliran lancar maka aliran uang akan semakin besar.

Maka pahamilah kemana uang mengalir.

Salam sukses.
Note: telah dimuat di majalah Pebisnis

0 Comments:

Posting Komentar